- Sarah Nur Fatimah




Nama              : Sarah Nur Fatimah
NIM                : 1102415042
Rombel           : 01
Mata kuliah             :Implementasi Pengembangan Kurikulum
Tugas                        : membuat anotasi 10 buku, 10 jurnal
 


ANOTASI PERTAMA yaitu mengenai 10 BUKU
IDENTITAS BUKU

Judul Buku      : KURIKULUM dan PEMBELAJARAN
Penulis             : Dr. Oemar Hamalik
Penerbit           : PT Bumi Aksara
Tahun terbit     : November 2008
Cetakan           : Ed. 1, Cet. Kedelapan
Tebal               : x + 184 halaman
ISBN               : 979-526-232-7

ISI YANG PENTING/MENARIK
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yag akan datang (UUR.1. No. 2 Tahun 1989, Bab 1, Pasal 1). Fungsi Pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. “Menyiapkan” diartikan bahwa peserta didik pada hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Kurikulum sebagai Rencana Pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Kurikulum sebagai Pengalaman  Belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun melalui unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
BAHASA PENGARANG
Bahasa yang digunakan oleh pengarang yaitu sangat komunikatif sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca sehingga pesan yang terkandung dalam buku ini bisa tersampaikan ke pembaca dengan baik.
KEUNGGULAN
Keunggulan dari buku ini adalah mampu memberikan sebuah mengenai makna pendidikan beserta isi yang ada di dalamnya seperti salah satunya yaitu kurikulum dan proses pembelajaran yang berlangsung. Karena pada hakikatnya pendidikan tidak lepas dari apa yang namanya kurikulum.
KELEMAHAN
Kelemahan dari buku ini sendiri adalah kurang memberikan sebuah pemahaman bagi pembaca, khususnya bagi pemula sehingga pesan yang ingin disampaikan dalam buku ini atau oleh pengarang kurang tersampaikan pada pembaca.
KESIMPULAN
Buku ini layak untuk dibaca karena di dalamnya mengandung unsur pendidikan, dimana kita akan paham mengenai makna sebuah pendidikan. Karena pada hakikatnya setiap orang harus berpendidikan agar mereka tidak dianggap remeh dan akan selalu dihormati dimanapun mereka berada. Kurikulum dan Pembelajaran ini penting karena memberikan informasi apa itu kurikulum serta apa itu pembelajaran sehingga kita bisa mengetahuinya lebih dalam dari buku ini.

ANOTASI BUKU KEDUA
IDENTITAS BUKU

Judul Buku     : ASAS-ASAS KURIKULUM
Penulis             : Prof. Dr. S. Nasution, M.A.
Penerbit           : Bumi Aksara
Tahun terbit     : Maret 2008
Cetakan           : Ed. 2, Cet. Kedelapan
Tebal               : viii + 284 halaman
ISBN               : 979-526-209-2

ISI YANG MENARIK/PENTING
            Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan.  Dimana tujuan pendidikan itu sendiri yakni untuk menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas, namun hal tersebut begitu relatif karena tidak semua orang yang berpendidikan tinggi tergolong manusia yang berkualitas. Namun di sini ditekankan bahwa siapa yang berpendidikan tinggi dia akan dipandang beda atau mereka yang berpendidikan akan merasa lebih dihormati. Oleh karena itu pendidikan disini sangatlah penting bagi setiap manusia karena akan menjamin masa depan yang baik pula. Serta kemudahan dalam mencari sebuah pekerjaan meskipun disisi lain juga harus mempunyai skill yang baik pula. Namun setidaknya sudah punya bekal yakni pendidikan yang tinggi.
            Dalam kurikulum harus senantiasa diubah karena perubahan masyarakat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Perubahan kurikulum harus berjalan kontinu agar tidak ketinggalan zaman. Serta adanya beberapa tafsiran mengenai mengenai kurikulum tak perlu merisaukan, karena justru dapat memberi dorongan untuk mengadakan inovasi mencari bentuk-bentuk kurikulum baru. Pandangan yang berbeda-beda itu memberi dinamika dalam pemikiran tentang kurikulum secara kontinu tanpa henti-hentinya.
            Tujuan pendidikan kita didasarkan atas Pancasila, UUD 1945, dan GBHN. Setiap guru harus mempunyai gambaran yang jelas tentang dasar-dasar pendidikan nasional itu, agar semua pelajaran diarahkan guna membentuk manusia yang dicita-citakan.


BAHASA PENGARANG
            Bahasa yang digunakan oleh pengarang cukup bisa dipahami mengenai pesan yang terkandung dalam buku ini sekiranya bisa sampai ke pembaca.
KELEBIHAN
            Kelebihan dari buku ini sendiri yaitu begitu layak untuk dibaca oleh semua kalangan karena di dalamnya membahas mengenai kurikulum yang sekiranya kita perlu memahaminya. Dan diharapkan untuk bisa juga merealisasikannya dalam dunia nyata.
KEKURANGAN
            Kekurangan dalam buku ini adalah bahasa pengarang yang cukup bisa dipahami membuat pembaca khususnya pemula akan sulit untuk bisa memahaminya secara baik, butuh suatu penjelasan lagi yang lengkap. Dan dalam penyampainnya harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar isi atau pesan yang terkandung dalam sebuah buku bisa tersampaikan dengan baik ke pembaca.
KESIMPULAN
            Sistem pendidikan Indonesia yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, membutuhkan sistem kurikulum yang sesuai dan tepat untuk mengantisipasi kebutuhan dunia pendidikan yang berorientasi masa depan. Menyadari hal tersebut buku ini memberikan kejelasan tentang asas-asas yang mendasari penyusunan dan penyelesaian kurikulum pendidikan, yaitu antara lain asas filosofis dan asas psikologis. Selain itu juga tentang proses perubahan dan perbaikan kurikulum dan bagaimana menentukan scope dan sequence dalam pembinaan kurikulum.
            Hal-hal tersebut merupakan elemen-elemen penting bagi para guru dan pelaku pendidikan dalam ikut memberikan kontribusi bagi pengembangan penyesuain kurikulum pendidikan negeri ini.
 
ANOTASI BUKU KETIGA
IDENTITAS BUKU

Judul Buku     : KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan
Penulis             : Masnur Muslich
Penerbit           : PT Bumi Aksara
Tahun terbit     : Juni 2009
Cetakan           : Kelima
Tebal               : 155 halaman
ISBN               : 978-979-010-159-3

ISI YANG MENARIK/PENTING
            KTSP yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu harus ditentukan standar kompetensi yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian standar kompetensi.
            Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun untuk satu kompetensi dasar. Lalu setelah silabus tersusun adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemudian adanya Pemetaan kompetensi dasar per unit yang merupakan pemetaan semua kompetensi dasar yang tertuang dalam silabus mata pelajaran ke dalam unit-unit pembelajaran.
            Adanya sebuah KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Pemahaman siswa tentang sesuatu, yang terbangun ketika terjadi peristiwa belajar, akan lebih baik apabila ia berinteraksi dengan teman-temannya.
BAHASA PENGARANG
            Bahasa yang digunakan oleh pengarang mudah dipahami sehingga pembaca tidak kesulitan dalam memahami isi dari buku ini. Pesan yang terdapat dalam buku ini bisa dengan mudah tersampaikan ke pembaca.

KELEBIHAN
            Buku ini layak untuk dibaca karena bisa dijadikan sebagai pedoman bagi pengelola lembaga pendidikan, pengawas sekolah, kepala sekolah, komite sekolah, dewan sekolah, dan guru. Serta bagi kita mahasiswa atau tentunya para pelajar juga tidak ada salahnya untuk membaca buku ini. Buku yang termasuk buku aplikatif ini menjawab pertanyaan mendasar tentang KTSP, yaitu apa sebenarnya KTSP dan bagaimana cara mengembangkannya disertai dengan contoh-contoh sehingg mampu memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki sekolah.
KELEMAHAN
            Kelemahan dari buku ini sendiri yaitu hampir tidak ada karena di dalam buku ini sudah begitu lengkap dan bisa mudah dipahami. Buku ini adalah buku yang aplikatif seperti yang sudah saya jabarkan di bagian kelebihan.
KESIMPULAN
            Pada dasarnya  tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bagaimana membuat siswa dan guru lebih aktif dalam pembelajaran. Selain murid harus aktif dalam kegiatan belajar  dan mengajar, guru juga harus aktif dalam memancing kreativitas anak didiknya sehingga komunikasi dua arah terjadi dengan dinamis.
            KTSP yang merupakan hasil penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah yang penekanannya pada standar isi dan kompetensi. Banyak hal yang telah dilakukan oleh Depdiknas untuk menyukseskan program KTSP ini, namun pada kenyataannya sampai sekarang sekolah masih banyak sekolah yang merasa sulit untuk mengimplementasikannya.
            Diterbitkannya buku yang mengusung judul KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman para guru, kepala sekolah, termasuk pengawas sekolah, komite sekolah, dan dewan sekolah.

ANOTASI BUKU KEEMPAT
IDENTITAS BUKU
Judul Buku      : PERENCANAN dan PENGEMBANGAN KURIKULUM
Penulis             : Prof. Drs. H. Dakir
Penerbit           : PT Rineka Cipta
Tahun terbit     : Agustus 2004
Cetakan           : Pertama
Tebal               : 177 halaman
ISBN               : 979-518-906-9

ISI YANG PENTING/MENARIK
            Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik dimana sistematik itu sendiri berarti secara runtut atau urut dengan dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab 1 Pasal 1 disebutkan bahwa;” Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Seperangkat rencana yang artinya bahwa didalamnya berisikan berbagai rencana yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Namanya juga rencana buka ketetapan, ini berarti bahwa segala sesuatu yang direncanakan dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi (fleksibel)
            Tujuan Kurikulum pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ternyata berbeda-beda karena didasari pada satu aliran atau konsep yang diyakini sebenarnya, atau dari mana sudut pandangnya. Mungkin dari sudut hirarki, lembaga, daerah penyelenggara, jangka waktu lulusan dan sebagainya. Hakikat dari tujuan pendidikan nasional adalah terbentuknya manusia yag utuh dan bulat yang rumusnya yakni 9 k.df {(m+p)}              H.
            Integrated curriculum adalah kurikulum yang pelaksanaannya disusun secara menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah tertentu. Topik pembahasan ditentukan secara demokratis antara peserta didik dengan guru. Kesulitan utama dalam pelaksanaan integrated curriculum karena di lembaga pendidikan guru, sebelum bersangkutan menjadi guru tidak pernah dilatih atau disiapkan untuk melaksanakan kurikulum tersebut.
BAHASA PENGARANG
            Bahasa yang digunakan oleh pengarang  cukup bisa untuk dipahami, meskipun menggunakan bahasa tingkat tinggi. Setidaknya dalam setiap bab mengandung adanya suatu pengertian. Sehingga pembaca tidak bertanya-tanya mengenai hal tersebut.
KELEBIHAN
             Kelebihan dari buku ini sendiri yaitu cukup lengkap adanya suatu rumus di dalamnya. Dengan membaca buku ini, bisa lebih mengerti mengenai hakikat kurikulum dan pengorganisasiannya karena dibahas dalam Bab I dan Bab II.
KELEMAHAN
            Dalam buku ini terdapat rumus-rumus di dalamnya yang membuat bingung pembaca khususnya pemula dimana mereka harus membutuhkan penjelasan yang lebih.
KESIMPULAN
            Dalam buku ini  Bab I dan Bab II membahas mengenai hakikat kurikulum dan pengorganisasiannya. Bab III dan Bab IV membahas berbagai asas pengembangan kurikulum dan pengembangan selanjutnya. Bab V mengupas pengembangan kurikulum yang khusus yaitu pengembangan kurikulum muatan lokal yang baru mulai dirintis sejak tahun 1985. Bab VI membahas langkah-langkah perencanaan, kemudian dilanjutkan dengan pertimbangan bahwa merencanakan kurikulum sekarang itu akan diperuntukan bagi peserta didik yang akan datang. Oleh karenanya si perencana harus tahu bagaimana trend, jumlah peserta didik pda tahun-tahun mendatang dan berapa jumlah yang diperkirakan akan tamat. Pembahasan tersebut akan dikupas pada Bab VII dan Bab VIII yang membahas bagaimana merencanakan jumlah guru dan ruangan yang diperlukan atas kurikulum yang berlak, diungkapkan pada pembahasan Educational Worksheet. Akhirnya pada Bab IX membahas bagaimana supaya perencanaan itu dapat berhasil dengan baik dipaparkan dalam pembicaraan mengenai PERT dan CPM.
 
ANOTASI BUKU KELIMA
IDENTITAS BUKU
Judul Buku      :Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Penulis             : Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.
Penerbit           : Kencana Prenada Media Group
Tahun terbit     : Maret 2006
Cetakan           : Ed. 1, Cet. kedua
Tebal               : xiv + 214 halaman
ISBN               : 979-3925-15-9

ISI YANG PENTING/MENARIK
            Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan (Depdiknas 2002). Menurut McAshan, kompetensi itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan atau kapabilitas yng dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari pengertian kompetensi seperti yang telah dijelaskan di atas, mka dapat disimpulkan bahwa dalam KBK bukan hanya sekedar agar siswa memahami materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual saja, akan tetapi bagaimana pengetahuan yang dipahaminya itu dapat mewarnai perilaku yang ditampilkan dalam kehidupannya. Disini peran guru sangatlah penting, sebab guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun sesempurnanya kurikulum apabila tanpa didukung oleh kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatu yang tertulis dan tidak memiliki makna. Oleh karena itulah, guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses implementasi kurikulum.
            Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai pedoman dan alat pendidikan bagi guru, didasarkan pada tiga asas pokok yaitu asas filosofis, asas psikologis, dan ass sosiologis teknologis. Dalam KBK sendiri istilah mengajar bergeser pada istilah pembelajaran. Yang dapat diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa  ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Kata pembelajaran adalah terjemahan dari “intruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Oleh karena itu menurut  Gagne, mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.
BAHASA PENGARANG
            Bahasa yang digunakan oleh pengarang begitu bisa untuk dipahami oleh pembaca sehingga bagi pemula, pesan yang terkandung dalam isi buku bisa tersampaikan dengan baik ke pembaca.
KELEBIHAN
            Kelebihan dari buku ini sendiri yaitu sangat layak baca untuk semua kalangan dan sangat tepat bagi sasaran pembaca yaitu bagi mahasiswa pendidikan, pengajar (dosen/guru), pengelola pendidikan, dan praktisi pendidikan lainnya.
KELEMAHAN
            Kelemahan dari buku ini sendiri yaitu hampir tidak ada, pengarang menuliskan dalam buku ini begitu lengkap dengan penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam buku ini.
KESIMPULAN
            Untuk keseluruhan dari buku ini bisa disimpulkan bahwa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau dikenal sebagai kurikulum 2004, merupakan salah satu model kurikulum yang berlaku di Indonesia sebagai konsekuensi diberlakunya undang-undang tentang Desentralisasi Kewenangan Pemerintah. Sebagai sebuah pedoman kurikulum, keberhasilan KBK bergantung pada proses implementasi di lapangan oleh guru.
            Buku ini berisi tinjauan teoritis dan praktis mengenai bagaimana seharusnya guru melaksanakan pembelajaran dalam kerangka implementasi KBK. Pembahasannya meliputi hal-hl yang berkaitan dengan KBK sebagai suatu model kurikulum yang menyangkut pengembagan dan model desain KBK, proses belajar, strategi pembelajaran, dan model pembelajaran, peningkatan kemampuan berpikir, kompetensi profesional, guru dalam kerangka KBK dan evaluasi pembelajaran dalam KBK. 

ANOTASI BUKU KEENAM
IDENTITAS BUKU
Judul Buku      : EVALUASI KURIKULUM
Penulis             : Prof. Dr. S. Hamid Hasan
Penerbit           : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya
Tahun terbit     : 2008
Cetakan           : Pertama
Tebal               : 265 halaman
ISBN               : 979-692-350-5
ISI YANG PENTING/MENARIK
            Dalam buku ini telah membahas tiga persoalan penting dunia evaluasi kurikulum yaitu evaluasi kurikulum sebagai suatu bidang kajian akademik, evaluasi kurikulum sebagai suatu profesi, dan evaluasi kurikulum sebagai suatu kebijakan publik. Kajian bidang akademik adalah bidang yang banyak digeluti oleh para akademisi di perguruan tinggi. Mereka membahas berbagai aspek filosofis, teoritis, pendekatan, prosedur, dan model evaluasi kurikulum. Bidang evaluasi profesi kurikulum adalah bidang yang digeluti oleh para evaluatoryang berpikir, bekerja, dan melaksanakan evaluasi di lapangan.
            Kemudian di Bab 2 ada aspek penting yaitu akuntabilitas yang menjadi dasar lahirnya evaluasi sebagai sutu profesi. Dalam hal ini setiap kegiatan pendidikan harus terbuka untuk evaluasi sebagai dasar pertanggungjawaban terhadap publik. Perkembangan berikutnya memperluas wilayah akuntabilitas sehingga meliputi juga akuntabilitas lega, akuntabilitas akademik, akuntabilitas pemberian jasa dan akuntabilitas dampak. Oleh karena kurikulum harus memberikan akuntabilitasnya dalam berbagai bidang tersebut maka untuk itu harus dilakukan evaluasi.
            Kemudian dalam Bab yang membahas SKL mengemukakan ketetapan penting yaitu SKL-ST dan SKL-MAK. Keduanya seharusnya terkait erat dan evaluasi kurikulum harus melakuka kajian terhadap kesinambungan tersebut. Bagian dari ketiga Bab ini membahas mengenai KTSP seperti pengembangan ide kurikulum. Evaluasi kurikulum yang melakukan kajian pada fokus ini memang adalah dokumentasi dokumen. Sementara itu evaluasi terhadap kurikulum sebagai proses atau implementasi kurikulum dan evaluasi terhadap hasil belajar berkenaan dengan evaluasi dalam jenis lain. 
            Kemudian dalam Bab 6 ini membahas mengenai jenis evaluasi kurikulum. Kategori  jenis evaluasi ini dibangun atas dasar tiga faktor yaitu bentuk evaluan yang dievaluasi, posisi evaluator terhadap evaluan dan metodologi evaluan.  Dari kategori mengenai posisi evaluator terhadap evaluan dikenal adanya evaluasi internal dan evaluasi eksternal. Kategori tersebut bersifat saling berkaitan dan oleh karena evaluasi ide ada yang dilakukan secara eksternal dan ada yang dilakukan secara internal. Metode yag digunakan ada yang kuantitatif dan ada pula yang kualitatif. Demikian pula halnya dengan evaluasi jenis lainnya.
            Dalam Bab 8 membahas mengenai model ini memberikan kesempatan kepada para evaluator untuk mempertimbangkn model yang tersedia untuk dipilih sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Model bukan suatu paket metodologi. Suatu model terpilih yang akan digunakan menuntut pengumppulan data yang dapat dilakukan melalui berbagai prosedur dan metode. Kemudian pada Bab terakhir dalam buku ini telah membahas mengenai standar yang harus dijaga oleh seorang evaluator dalam melaksanakan evaluasi. Standar tersebut sangat berguna bagi evaluator dalam melakukan penilaian terhadap kualitas pekerjaannya dan bagi orang luar yang melakukan penilaian terhadap pekerjaan evaluator tersebut. Persamaan standar yang digunakan akan menimbulkan komunikasi positif ntara evaluator dengan orang yang melakukan meta evaluasi dan juga dengan pengguna jasa evaluasi.
BAHASA PENGARANG
             Bahasa yag digunakan oleh pengarang ini begitu sulit untuk dipahami apabila untuk para pemula khususnya. Mereka butuh pemahaman atau penjelasan lanjut atau lebih mengenai isi dari buku ini.
KELEBIHAN
             Kelebihan dari buku ini yaitu memberikan gambaran dasar-dasar evaluasi kurikulum. Materi yang disajikan telah disesuaikan dengan kebutuhan para mahasiswa yang menekuni bidang kurikulum. Di lain pihak buku ini juga sangat diperlukan oleh para pengambil kebijakan bidang pendidikan, sebab evaluasi kurikulum yng bersifat praktis dan implementatif menyangkut kurikulum yang sedang berlaku, juga dibahas dalam buku ini.
KESIMPULAN
            Kurikulum sejatinya berisi program-program yang hendak dicapai. Pendidikan yang baik dan berkualiitas dimulai dari kurikulum yang dikonsep dan diimplementasikan secara baik pula. Dalam manajemen modern, ketercapaian program-program akan diketahui setelah dievaluasi. Tidak terkecuali dalam hal kurikulum.
            Agar kurikulum yang baik dapat tercapai, harus diimplementasikan dengan baik oleh para pelaku yang baik. Untuk dapat mengetahui tingkat ketercapaian tersebut harus melewati suatu tahap yang dinamakan Evaluasi Kurikulum.

ANOTASI BUKU KETUJUH
IDENTITAS BUKU
Judul Buku      : Pengembang Kurikulum Teori dan Praktek
Penulis             : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata
Penerbit           : PT Remaja Rosdakarya
Tahun terbit     : Juli 2007
Cetakan           : Kesembilan
Tebal               :  219 halaman
ISBN               : 979-514-601-7

ISI YANG PENTING/MENARIK
            Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum, dan suatu teori kurikulum diturunkan atau dijabarkan dari teori pendidikan tertentu. Disini tugas guru dn para pengembang kurikulum adalah memilih dan menyajikan materi ilmu tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. Adanya kurikulum klasik yang menekankan pada isi pendidikan yang diambil dari disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli tanpa mengikutsertakan guru-guru apalagi siswa. Guru mempunyai peranan yang sangat besar dan lebih dominan. Dalam pengajaran ia menentukan isi, metode dan evaluasi. Dialah yang aktif dan bertanggung jawab dalam segala aspek pengajaran. Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Keduanya juga mempunyai perbedaan sebab yang diutamakan dalam teknologi pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
            Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana yaitu kehidupan manusia. Salah satu faktor yang mendorong diperlukannya pengembangan kurikulum adalah karena pengembangan universitas di Amerika Serikat pada pertengahan pertama abad 20 sangat menekankan pada pengembangan ilmu dan penelitian. Ada empat hal pokok penting dalam proses pendidikan. Pertama yaitu peranan struktur bahan, kedua proses belajar menekankan pada berpikir intuitif yang merupakan teknik intelektual untuk mencapai formulasi tentatif tanpa mengadakan analisis langkah demi langkah. Ketiga masalah kesiapan dalam belajar. Keempat dorongan untuk belajar serta bagaimana mengembangkan motif tersebut.

BAHASA PENGARANG
             Bahasa yang digunakan oleh pengarang cukup bisa untuk dipahami oleh pembaca. Pesan yang tertuang dalam buku ini cukup bisa tersampaikan ke pembaca.
KELEBIHAN
            Kelebihan dari buku ini sendiri yaitu sangat layak baca untuk berbagai kalangan terutama untuk pelajar  agar lebih memahami mengenai apa itu pengembangan Kurikulum teori dan praktek. Diharapkan untuk tidak hanya bisa mengembangkan saja namun bisa untuk mengimplementasikan dalam kehidupan nyata.
            Analisinya yang terkandung dalam buku ini cukup mendasar dan komprehensif merupakan salah satu keistimewaan buku ini. Itulah sebabnya buku sejenis ini selalu menjadi incaran para praktisi pendidikan, pakar dan pengamat pendidikan, pakar kurikulum dan mahasiswa serta pengajar sebagai pelaksana kurikulum.
KEKURANGAN
             Kekurangan dari buku ini sendiri adalah bahasanya yang kurang untuk bisa dipahami bagi pembaca khususnya bagi pemula.
KESIMPULAN
            Kesimpulan dari buku ini sendiri yaitu tuntutan akan sumber daya manusia yng unggul merupakan kebutuhan umat manusia diseluruh belahan dunia. Menjelang diberlakukannya liberalisasi disegala bidang dewasa ini, tuntutan tersebut terasa sangat mendesak. Untuk memenuhi semua itu, pendidikan berpern sebagai gerbang utama. Maka sering potensi seseorang diukur dengan pendidikannya. Sebagai salah satu elemen terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan, kurikulum merupakan usaha mewujudkan tuntutan tersebut.
            Kurikulum sebagai rancanagan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan. Bahkan banyak pihak menganggap  kurikulum sebagai “rel” yang menentukan akan kemana pendidikan diarahkan. Kurikulum menentukan jenis dan kualitas pengetahuan serta pengalaman yang memungkunkan para lulusan memiliki wawasan global.
 
ANOTASI BUKU KEDELAPAN
IDENTITAS BUKU
Judul Buku      : Implementasi Kurikulum 2004 Pemanduan Pembelajaran KBK
Penulis             : Dr. E. Mulyasa, M.Pd.
Penerbit           : PT Remaja Rosdakarya Bandung
Tahun terbit     : Nopember 2005
Cetakan           : Ketiga
Tebal               :  233 halaman
ISBN               : 979-692-347-5
ISI YANG PENTING/MENARIK
            Perubahan kurikulum ini harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak, karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, yang akan menentukan proses dan hasil pendidikan. Hal penting yang harus ditekankan disini jangan sampai kurikulum atau kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi ini memiliki nasib yang sama dengan link and match, yang tidak jelas linknya dan tidak ada match-nya sehingga ditinggalkan begitu saja. Oleh karena itu perubahan kurikulum ini harus disikapi secara positif dengan mengkaji dan memahami implementasinya di sekolah.
            Di sisi lain kelemahan dan hambatan dalam implementasi kurikulum bersumber pada persepsi yang berbeda di antara komponen-komponen pelaksana, serta kurangnya kemampuan menerjemahkan kurikulum ke dalam operasi pembelajaran. Kondisi tersebut antara lain disebabkan karena pengangkatan mereka dalam posisi tersebut bukan berdasarkan keahlian untuk mengemban tugas yang di tuntut oleh kedudukannya.
            Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka optimalisasi implementasi Kurikulum 2004 adalah mengembangkan program akselerasi, meningkatkan prestasi belajar, mengimplementasikan kurikulum melalui budaya, mendayagunakan lingkungan, melibatkan masyarakat, menghemat biaya pendidikan, mengembangka kewirausahaan, mengefektifkan penghargaan dan hadiah, serta membangun tim.
BAHASA PENGARANG
              Bahasa yang digunakan oleh pengarang cukup bisa untuk dipahami namun bagi pemula mungkin agak sulit untuk dipahami.

KELEBIHAN
            Kelebihan dari buku ini sendiri yaitu sangat layak baca karena di dalamnya berisi panduan pembelajaran KBK.
KEKURANGAN
            Kekurangan dari buku ini hampir tidak ada hanya saja bagi pembaca khususnya pemula mungkin sedikit sulit untuk memahami isi dari buku ini.
KESIMPULAN
            KBK, itulah nama kurikulum sebelum ditetapkan menjadi Kurikulum 2004. Namun ada juga yang menyebutnya Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi. Yang menjadi masalah adalah pentingnya kesamaan persepsi terhadap implementasinya di lapangan. Termasuk di dalamnya desain pembelajaran peserta didik di sekolah-sekolah. Sebab ada indikasi kuat bahwa pemahaman kita terhadap kurikulum baru ini belum seiram. Ibarat kisah si buta dan seekor gajah, masing-masing orang buta itu punya persepsi tentang gajah. Sayangnya kalaupun di satukan tidak akan merepresentasikan seekor gajah yang sesungguhnya.

ANOTASI BUKU KESEMBILAN
IDENTITAS BUKU
Judul Buku      : Kurikulum Berbasis Kompetensi (konsep, karakteristik, implementasi, dan inovasi)
Penulis             : Dr. E. Mulyasa, M.Pd.
Penerbit           : PT Remaja Rosdakarya
Tahun terbit     : Desember 2006
Cetakan           : Kesepuluh
Tebal               :  266 halaman
ISBN               : 979-692-223-1
ISI YANG PENTING/MENARIK
            KBK adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didi, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Dengan demikian implementasi kurikulum dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum serta memberanikan diri berperan serta dalam berbagai kegiata, baik di sekolah maupun di masyarakat.
            Kurikulum berbasis kompetensi memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat di sekitar sekolah. Silabus KBK dikembangkan oleh tiap sekolah sehingga dimungkinkan beragamnya kurikulum antar sekolah atau wilayah tanpa mengurangi kompetensi yang telah ditetapkan dan berlaku secara nasional.
            Standar kompetensi nasional merupakan pedoman bagi pengembang kurikulum di daerah untuk menyusun silabus yang akan digunakan oleh guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Dalam kurikulum standar nasional, metode, penilaian, dan sarana yang digunakan tidak dicantumkan agar guru dapat mengembangkan kurikulum secara optimal berdasarkan kompetensi yang harus dicapai sesuai dengan kondisi sekolah dan daerah masing-masing.
BAHASA PENGARANG
            Dalam buku ini, pengarang menggunakan bahasa yang cukup bisa untuk dipahami bagi pembaca dan pesan yang ada dalam buku ini bisa cukup tersampaikan dengan baik ke pembaca.
KELEBIHAN
            Buku ini sangat layak baca, bahkan menurut penulisnya, buku ini sangat diperlukan bagi siapa pun yang peduli terhadap pendidikan, terutama para mahasiswa, praktisi, pengamat, juga para pengambil kebijakan. Lewat buku ini anda akan mendapatkan pemahaman yang benar tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi.
KELEMAHAN
            Sudah cukup lengkap mengenai penjelasan atau penjabaran yang ada di dalam buku ini.
KESIMPULAN
            Dua kebijakan pokok yang telah ditetapkan pemerintah untuk mendongkrak kualitas pendidikan melalui “Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan”. Gerakan ini juga diharapkan bisa menumbuhkan kecakapan anak didik sesuai dengan kebutuhan lokal dalam perspektif global. Pertama, hal yang menyangkut efisiensi pengelolaan pendidikan pemerintah telah menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Kedua untuk lebih memacu akselerasi peningkatan mutu, pemerintah juga telah merancang KBK.
            Faktor yang tidak kurang pentingnya dalam hal keberhasilan kedua kebijakan ini menyangkut sosialisasi. Untuk maksud itu pula Penerbit Rosda memberikan pemahaman yang benar dan komprehensif tentang KBK lewat buku Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang sebelumnya secara optimal mensosialisasikan MBS lewat buku Manajemen Berbasis Sekolah. Kedua buku tersebut ditulis oleh Dr. E. Mulyasa, M.Pd.

ANOTASI BUKU KESEPULUH
IDENTITAS BUKU
Judul Buku      : Kurikulum Dan Pengajaran
Penulis             : Prof. Dr. S. Nasution M.A.
Penerbit           : PT Bumi Aksara
Tahun terbit     : Juli 1999
Cetakan           : Ketiga
Tebal               :  183 halaman
ISBN               : 979-526-240-8
ISI YANG PENTING/MENARIK
            Lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Pedoman instruksional diperoleh atas usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk mempersiapkannya sebagai pelajaran dalam kelas. Dengan demikian apa yang diajarkan benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum. Pelajaran dikatakan berstruktur bila lebih dahulu ditentukan secara jelas dan terinci tujuan (biasanya berupa TIK), strategi mengajar (PBM), bahan pelajaran dan evaluasinya (sering berupa test objektif)
BAHASA PENGARANG
             Pengarang menggunakan bahasa yang cukup mudah untuk dipahami bagi pembaca.
KELEBIHAN
            Kelebihan dari buku ini adalah sangat berguna bagi pengajar. Dengan adanya buku ini bisa lebih untuk mendalami atau memahami apa itu kurikulum dan pengajaran seperti apa yang baik dilakukan.
KEKURANGAN     
Kekurangan dari buku ini sendiri yaitu isinya yang sedikit sulit untuk dipahami bagi pembaca khususnya untuk pemula.
KESIMPULAN
             Salah satu pegangan dalam pengembangan kurikulum ialah prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Ralph Tyler (1949), ia mengemukakan kurikulum ditentukan oleh empat faktor atau asas utama yaitu falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru-guru; harapan dan kebutuhan masyarakat; hakikat anak; serta hakikat pengetahuan atau disiplin ilmu (bahan pengajaran)
            Dalam pengajaran juga hendaknya menggunakan metode yang benar agar peserta didik juga mudah untuk memahami apa yang di sampaikan oleh pengajar atau guru. Dalam pembelajaran atau dalam mengajar juga harus digunakannya strategi mengajar yang baik, dimana strategi mengajar adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding dengan kegiatan belajar siswa seperti yang dicantumkan dalam rencana instruksional atau persiapan satuan pelajaran.

ANOTASI KEDUA Mengenai 10 JURNAL
ANOTASI JURNAL PERTAMA
Sukmawati, I.W. dan Karwanto. (2014). Manajemen Kurikulum di SMP Negeri 2 Mojoagung Jombang. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, Volume 3, Nomor 3, Januari 2014, 21-27.
Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang melakukan suatu penelitian terkait dengan perencanaan Kurikulum di SMP Negeri 2 Mojoagung Jombang bahwa perlu melakukan hal sebagai berikut: (a) Melibatkan Dinas Pendidikan, kepala sekolah, bapak/ibu guru, (b) Menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Perencanaan  pengelolaan kurikulum di SMP Negeri 2 Mojoagung Jombang bertujuan untuk pemilihan pembelajaran, prinsip pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Tujuan perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori dan penelitian terhadap kekuatan sosial, pengembangan masyarakat, kebutuhan, dan gaya belajar siswa.Merencanakan pembelajaran merupakan bagianyang sangat penting dalam perencanaan kurikulum karena pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap siswa daripada pengalamannya, Menurut Rusman, (2009:21).
Dalam artikel ini menunjukan bahwa hasil dari penilitian tersebut mengenai pelaksanaan kurikulum, menunjuka bahwa kegiatan Pelaksanaan kurikulum dalam proses (KBM) sesuai dengan Silabus dan Rpp. Dimana Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun untuk satu kompetensi dasar. Sedangkan RPP sendiri yaitu kepanjangan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Hal ini seperti diungkapkan oleh pendapat Sudjana (2008:41), mengatakan bahwa: Salah satu wujud nyata dari pelaksanaan kurikulum adalah proses belajar mengajar dengan kata lain proses belajar mengajar adalah operasionalisasi dari kurikulum. Menurut pendapat peneliti terkait dengan pelaksanaan kurikulum di SMP Negeri 2 Mojoagung Jombang bahwa perlu melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) Melibatkan seluruh guru mata pelajaran, (b) Supervisi pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan terjadwal.
Dalam artikel ini pula menunjukan mengenai hasil penelitian Evaluasi kurikulum yang hasil temuan penelitian ini adalah langkah-langkah dalam evaluasi kurikulum yang pertama persiapan kedua pelaksanan supervisi dan yang ketiga penilaian supervisi. Hal ini sesuai dengan Sudjana (2008:140)mengatakan terdapat langkah-langkah evaluasi kurikulum yaitu: (1) Tahap Persiapan, tahappersiapan pada dasarnya menentukan apa dan bagaimana penilaian harus dilakukan artinya perlu rencana yang jelas mengenai kegiatan penilaian termasuk alat dan sarana yang diperlukan; dan (2) Tahap Pelaksanaan, setelah uji coba dilaknakan dan perbaikan/penyempurnaan prosedur, teknik serta instrumen penilaian.
Hasil temuan yang lain adalah Terdapat fungsi evaluasi kurikulum untuk mengukur tercapainya tujuan program kurikulum. Hal ini seperti diungkapkan oleh Hasan, (2009:42) mengatakan terdapat tujuan evaluasi kurikulum yaitu: (a) menyediakan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan dan pelaksanaan suatu kurikulum sebagai masukan bagi pengambilan keputusan; (b) menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum serta faktor-faktor yang berkontribusi dalam suatu lingkungan tertentu; (c) mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam upaya perbaikan kurikulum; (d) memahami dan menjelaskan karakteristik suatu kurikulum dan pelaksanaan suatu kurikulum.  Menurut pendapat peneliti terkait dengan evaluasi kurikulum di SMP Negeri 2 Mojoagung Jombang bahwa perlu melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) Mengidentifikasi permasalahan yang muncul dan mencari solusinya, (b) Berkonsultasi dengan pihak pengawas sekolah, (c) Masukan dari stake holder.
Kesimpulan dari artikel penelitian ini yaitu bagi Yth.  Kepala sekolah SMP Negeri 2 Mojogung Jombang. Kepala sekolah diharapkan memberikan pengawasan, pengarahan, dan bimbingan kepada Wakil Ketua Urusan Kurikulum mengenai kegiatan  manajemen kurikulum, khususnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Karena kurikulum berperan penting dalam  meningkatkan kualitas SMP Negeri 2 Mojoagung Jombang. Untuk Wakil Ketua Urusan Kurikulum dalam manajemen khususnya manajemen kurikulum hendak lah menganalisis faktor-faktor yang akan menghambat kegiatan pelaksanaan kurikulum, sehingga faktor pengahambat keberhasilan suatu program dapat diminimalkan dan nantinya pelaksanaan kurikulum berjalan dengan baik dan lancar. Serta Guru hendaknya mempertahankan dan meningkatkan kembali kualitas pembelajaran yang disajikan dan meningkatkan kreatifitas dalam penyajian materi sesuai dengan sumber belajar, metode, serta penilaian pembelajaran yang lebih berfariasi dan menyeluruh yang disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Untuk peneliti lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan informasi untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian sejenis dalam bidang manajemen kurikulum di sekolah, sehingga dapat menambah wawasan tentang manajemen kurikulum di sekolah.

ANOTASI JURNAL KEDUA
Dewi, F.Y. dan W. Nuryono. (2014). Survei Tentang Hambatan-hambatan Selama Proses Peminatan (dalam konteks BK) Berdasarkan Kurikulum 2013 Bagi Siswa di SMA Negeri Se-Kota Surabaya. Jurnal BK UNESA, Volume 4, Nomor 3, 2014, 1-10.

            Artikel ini merupakan penelitian penulis mengenai Survai Tentang Hambatan-hambatan Selama Proses Peminatan (dalam konteks BK) Berdasarkan Kurikulum 2013 Bagi Siswa di SMA Negeri Se-Kota Surabaya. Dalam artikel ini di dapat hasil wawancara yang dilakukan oleh kedua narasumber didapat kesamaan informasi yang didapat oleh peneliti. Dimana dalam proses peminatan dilakukan saat siswa melakukan pendaftaran awal. Pada saat pendaftaran awal siswa diberikan angket minat dan juga siswa mengumpulkan rapor dari semester 1 sampai semester 5 dan NUN SMP. Angket minat yang sekolah berikan kepada siswa dikumpulkan ketika siswa mendaftar ulang. Dalam proses peminatan ini guru BK memiliki peranan yang sangat penting, dimana guru BK ikut mengambil bagian dalam menilai/menskoring nilai rapor dan NUN siswa yang kemudian dicocokan dengan minat siswa. Semua guru BK yang ada di sekolah ikut serta dalam proses peminatan. Dalam proses peminatan untuk SMA Negeri 1 Surabaya ini tidak terjadi hambatan, karena semua siswa sudah milih minat mereka sesuai dengan kemampuan mereka. Di Sekolah ini hanya terdapat 2 jurusan yakni IIS dan MIA. Bagi siswa yang ingin mendaftar pada jurusan MIA ini harus memiliki nilai IPA dan Matematika untuk NUN ratarata 80 sedangkan untuk nilai rapor IPA dan Metematika rata-rata 75. Untuk jurusan IIS hanya dilihat dari nilai rapor dengan rata-rata nila 75. Untuk jurusan Bahasa disekolah ini peminatnya sangat kecil sehingga tidak dibuka untuk jurusan Bahasa. Pada Lintas minat sekolah menyediakan 2 lintas minat yang  harus diambil oleh para siswa. Apabila siswa merasa kurang nyaman dengan kelas  yang dipilih sebelumnya siswa bisa pindah ke kelompok peminatan lain dengan membuat surat pernyataan bahwa siswa yang bersangkutan akan berusaha mengikuti pelajaran yang ada di kelompok peminatan yang akan dipilih dengan diketehui oleh orang tua siswa.
            Kesimpulan dari artikel ini ialah Sesuai dengan hasil penelitian dan analisisnya maka dalam proses peminatan yang dilaksanakan di 6 SMA Negeri di Surabaya ada 5 sekolah yang  pelaksanaan peminatannya dilaksanakan bersamaan dengan penerimaan siswa baru, sedangkan 1 sekolah lainnya pelaksanaan peminatannya dilaksanakan 1 bulan setelah siswa masuk sekolah. Dalam proses  peminatan  ini  konselor  sekolah  memiliki peran yang sangat penting, dimana konselor sekolah bertugas sebagai pelaksana dalam peminatan,  konselor  atau  guru BK juga memberikan informasi kepada calon siswa dan juga orang tua mengenai kurikulum 2013 serta peminatan yang akan dipilih oleh siswa. Konselor juga membantu siswa dalam memberikan  penjelasan mengenai peminatan apa saja yang ada di sekolah. Dari ke-6 sekolah yang diteliti oleh peneliti terdapat hambatan yang terjadi dalam proses peminatan, hampir semua narasumber mengatakan hambatan yang terjadi yakni ketika siswa memilih peminatan. Kebanyakan orang tua menuntut anaknya untuk memilih kelompok peminatan MIA, karena orang tua masi menganggap bahwa kelompok peminatan MIA lebih unggul dari pada kelompok peminatan IIS ataupun IBB. Jadi banyak diantara siswa yang masih bingung memilih kelompok peminatan karena adanya tuntutan dari orang tua. Kebanyakan orang tua memaksa anaknya memilih kelompok peminatan MIA tanpa memperdulikan kemampuan serta minat anaknya. Dalam kurikulum 2013 ini memang sangat membingunkan bagi sekolah. Proses peminatan yang dilaksanakan di ke 6 sekolah melibatkan semua konselor atau guru BK di sekolah, ada juga sekolah yang menunjuk konselor atau guru BK sebagai koordinator pelaksana proses peminatan. Tidak ada kompetensi khusus yang harus dimiliki oleh konselor selama proses peminatan berlangsung. Sebelum dilaksanakan proses peminatan semua guru termasuk konselor atau guru BK diwajibkan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh dinas pendidikan

ANOTASI JURNAL KETIGA
Akbar, F.A. dan A. Kristiyandaru. (2015). Survei Keterlaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Penjasorkes Kelas VII dan VIII Tahun Ajaran 2014/2015 di SMP Negeri Se-Kecamatan Krian. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Volume 3, Nomor 2, 2015, 420 – 428.

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis mengenai Survei Keterlaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Penjasorkes Kelas VII dan VIII Tahun Ajaran 2014/2015 di SMP Negeri Se-Kecamatan Krian, dimana dalam hasil penelitian secara keseluruhan menghasilkan sebuah data yakni
Responden
Rata-rata persentase
1.      Kepala sekolah
83,32%
2.      Guru
88,57%
3.      Siswa
77,43%
Rata-rata
83,11%
Dari data yang ada pada tabel 15 dapat diketahui  bahwa keseluruhan hasil rata-rata penelitian adalah 83,11%, sehingga dapat dinyatakan bahwa keterlaksanaan  kurikulum 2013 pada mata pelajaran penjasorkes kelas VII dan VIII di SMP Negeri SeKecamatan Krian Tahun ajaran 2014/2015 Ini sudah berjalan dengan baik. Keterlaksanaan kurikulum 2013 di SMP Negeri Se-Kecamatan yang sudah berjalan 3 semester menurut kepala sekolah memberi dampak positif dengan  perbaikan-perbaikan mulai dari SDM dan sarana prasarana yang mendukung keterlaksanaan kurikulum 2013. Pada Kurikulum 2013 ini guru dituntut semakin mprofesional seperti mengembangkan potensi peserta didik, selalu berinovasi dalam setiap kegiatan belajar mengajar, memiliki kompetensi yang baik dan mampu untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.  Guru Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Krian proses pembelajaran sudah menerapkan kurikulum 2013 untuk kelas VII dan VIII pada tahun 2014/2015 mempunyai kekurangan dalam hal proses penilaian yang harus menilai setiap siswa dari segi kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan dan pembuatan RPP yang benar karena ketika pelatihan guru tidak mendapatkan evaluasi dari RPP yang dibuat oleh karena itu guru menginginkan pelatihan dilaksanakan kembali agar dapat lebih melatih guru untuk membuat RPP yang benar sesuai kurikulum 2013 dan pembagian jam pelajaran yang terpisah, artinya tidak 3 jam berurutan tetapi di pisah 2 jam praktek dan 1 jam pembelajaran dalam  kelas/teori.
Menurut siswa  kurikulum 2013 sangat bermanfaat karena melatih mandiri untuk mencari sumber belajar atau informasi sebanyak-banyaknya bukan hannya dari guru saja melainkan sumber informasi lainnya dengan memanfaatkan teknologi seperti internet dan media cetak yang mudah untuk di akses, akan tetapi dalam kurikulum 2013 ini siswa merasa terbebani dengan tugas yang banyak serta beban jam pelajaran yang ditambah. Dari hasil penelitian keterlaksanaan kurikulum 2013 di SMP Negeri Se-Kecamatan kelas VII dan VIII  tahun ajaran 2014/2015 keseluruhan hasil dari responden mendapatkan persentase 83,11% yang termasuk dalam kategori baik  namun belum sepenuhnya berjalan dengan sempurna.
Kesimpulan yang terdapat pada artikel ini sendiri ialah “Keterlaksanaan  kurikulum 2013 pada mata pelajaran penjasorkes kelas VII dan VIII di SMP Negeri Se-Kecamatan Krian tahun ajaran 2014/2015 sudah terlaksana dengan baik namun belum sepenuhnya berjalan dengan sempurna. Hal itu dapat dilihat melalui hasil penelitian yang menunjukkan persentase 83,11% yang termasuk dalam kategori baik”.
Kemudian adapun saran atas kesimpulan di atas ialah terkait dengan hasil penelitian survei ini adalah: Saran pengembangan bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini masih dalam lingkup SMP Negeri Se-Kecamatan Krian yang termasuk dalam  wilayah Kabupaten Sidoarjo. Diharapkan peneliti selanjutnya memperluas lingkup penelitian di wilayah Kabupaten Sidoarjo agar data yang diperoleh lebih sempurna serta menjamin kesesuaian antara jawaban responden dengan keadaan sebenarnya seperti mengawal pengisian pertanyaan dari setiap aspek dan mengamati proses pembelajaran yang berlangsung.

ANOTASI JURNAL KEEMPAT
Surjanti, J. Dkk. (2006). Pengembang Perangkat Pembelajaran dan Praktik  Pembelajaran  Kompetensi Berbasis Kurikulum Model Portofolio. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, Nomor 2, 2006, 84-89.

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis mengenai Pengembang Perangkat Pembelajaran dan Praktik  Pembelajaran  Kompetensi Berbasis Kurikulum Model Portofolio (Studi Kasus di SD Rungkut Menanggal I Surabaya), dalam artikel ini di dapat hasil penelitian serta pembahasan yaitu (1)  Pengembangan Rencana Pembelajaran berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan model konstruktivis di SDN Rungkut Menanggal Surabaya. Kegiatan guru diawali dengan pembekalan materi 1) menjelaskan Kurikulum Berbasis Kompetensi (tinjauan umum); 2) menjelaskan Pengembangan Modul Pembelajaran Portofolio Materi Sumber Daya Alam Indonesia di Sekolah Dasar Kelas 5; dan 3) menjelaskan Model Pembelajaran Langsung Mata Pelajaran IPS Materi Perpindahan Penduduk. Dari hasil angket yang diberikan kepada peserta menunjukkan bahwa: Sembilan dari duabelas (75%) peserta menyatakan sudah pernah mengikuti pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi dan lima puluh persen menyatakan tidak ada beda antara pelatihan saat ini dengan pelatihan yang sudah pernah diikuti sebelumnya. Beberapa perbedaan yang ada terletak pada jumlah peserta yang relative lebih sedikit sehingga memudahkan peserta melakukan diskusi dan, materi yang disampaikan dalam pelatihan ini lebih menyeluruh karena pelatihan yang diikuti sebelumnya terbatas pada materi pelajaran tertentu. Tujuh dari dua belas (60%) peserta menyatakan belum menerapkan silabi Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan alasan belum menerima petunjuk untuk menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, disamping itu jumlah siswa yang cukup banyak (±50 siswa) dirasakan sulit untuk menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. (2) Praktik Pelaksanan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan model kontruktivis Sebelum dilaksanakan praktik, seluruh peserta menyatakan belum menyusun  rencana pengajaran berbasis kompetensi, dengan alasan belum ada instruksi dari pimpinan, selain itu pemahaman mereka juga masih kurang. Beberapa peserta juga menyatakan bahwa media yang disediakan sekolah dirasakan kurang memadai dan sisanya menyatakan belum sempat menerapkan.
Tujuh dari duabelas (60%) peserta menyatakan belum menerapkan penilaian berbasis kompetensi dengan alasan belum paham penilaian berbasis Kurikulum Berbasis Kompetensi, peserta yang sudah melaksanakan dan menerapkan penilaian berbasis kompetensi dengan cara memilah-milah siswa berdasarkan kelompok kreatif, anak diam, kurang kreatif, dst. Kegiatan praktik dilaksanakan tanggal 2 September 2004, meliputi praktik pembuatan Silabi dan Rencana Pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hasil praktik berupa produk Silabi dan Rencana Pembelajaran untuk masing-masing mata pelajaran pada kelas yang diajar, menunjukkan bahwa semua guru telah mampu membuat rencana pembelajaran sesuai dengan silabi berdasarkan materi pelajaran di masing-masing kelas. 
Dari hasil penilitian di atas dapat di simpulkan bahwa dalam artikel ini menyatakan bahwa (1) Dalam kegiatan perlakuan diberikan pelatihan tentang materi  a) Kurikulum Berbasis Kompetensi (tinjauan umum); b) Pengembangan Model Pembelajaran Portofolio Materi Sumber Daya Alam Indonesia di Sekolah Dasar Kelas V; dan c) Pengembangan model pengajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi,  diperoleh data bahwa sebanyak 75% peserta sudah pernah mengikuti pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi tetapi belum menerapkan karena belum memahami. Sebanyak  75% peserta sudah pernah mengikuti pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi, tetapi belum menerapkan, karena belum paham tentang model Kurikulum Berbasis Kompetensi dan model-model pembelajarannya. Sebanyak 60% masih menggunakan kurikulum yang lama dan akan menyesuaikan dengan kurukulum baru. (2) Kegiatan praktik dilaksanakan dengan kegiatan pembuatan Silabi dan Rencana Pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hasil praktik berupa produk Silabi dan Rencana Pembelajaran untuk masing-masing mata pelajaran pada kelas yang diajar, menunjukkan bahwa semua guru telah mampu membuat rencana pembelajaran sesuai dengan silabi berdasarkan materi pelajaran di masingmasing kelas.
Kemudian terdapat saran pula yang disampaikan dalam artikel ini yaitu (1) Penelitian action researh ini hendaknya ditindaklanjuti pada guru-guru yang lain dalam rangka pensosialisasian model pengajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan tujuan untuk mengembangkan potensi dan pengembangan pengajaran khususnya untuk guru SD dan Guru secara umum, mengingat bahwa guru di pendidkan dasar sangat menentukan potensi siswa di masa yang akan datang. (2) Kegiatan pengembangan model pengajaran ini dapat dilakukan melalui kerjasama antar pihak yang terkait, antar lain: Dosen Pengajar di LPTK, LPM Lembaga tertentu, Diknas, Penerbit Buku, dll. (3) Saran-saran yang diberikan peserta pada kegiatan pelatihan ini adalah supaya terdapat sosialisasi secara menyeluruh agar semua guru paham Kurikulum Berbasis Kompetensi, dalam upaya realisasi pendidikan perlu adanya campur tangan pemerintah, frekwensi pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi ditingkatkan, cara penyampaian pengajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi lebih ditingkatkan, dan lebih untuk penyesuaian yang semaksimal mungkin pada kondisi bukan melalui teori tetapi lebih pada praktik yang aplikatif.

ANOTASI JURNAL KELIMA
Pranawati, N. dan A. R. S. Tuasikal. (2014). Survei Keterlaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Penjasorkes di SMP Sasaran Kota Mojokerto. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Volume 2, Nomor 3, 2014, 657-660.

            Artikel ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai Survei Keterlaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Penjasorkes di SMP Sasaran Kota Mojokerto. Dan hasil dari penilitian ini ialah di dapat suatu penyajian hasil-hasil penelitian yang dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif, menurut Maksum (2007: 8), rumus menghitung persentase adalah jumlah kasus (n) dibagi dengan jumlah total (N) dikalikan 100% , dapat dirumuskan sebagai berikut :Persentase = n / N x 100 %. Pada penelitian ini : n= Nilai hasil analisis yang didapat N = Nilai maksimal  Hasil penelitian ini didasarkan pada hasil penghitungan persentase dari beberapa instrumen berupa kuesioner yang diisi dan diperuntukkan (1) Instrumen untuk pengawas, (2) Instrumen untuk kepala sekolah, (3) Instrumen untuk komite sekolah, (4) Instrumen untuk guru Penjasorkes, (5) Instrumen untuk siswa. Dalam hal ini Sekolah Menengah Pertama sasaran di kota Mojokerto yakni SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4, dan SMPN 6 Mojokerto.
            Kemudian dari hasil penelitian di atas di dapat sebuah pembahasan yaitu adanya penjabaran tabel dan setelah dihitung menggunakan rumus persentase =n/N x 100% (Maksum,  2007: 8), maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1 Rekapitulasi Aspek Proses Pembelajaran
No
Sekolah
Nilai total Kuisioner
Nilai maksimal
Presentase
1
SMPN 1
19
20
95%
2
SMPN 2
19
20
95%
3
SMPN 3
16
20
80%
4
SMPN 4
16
20
80%
5
SMPN 6
18
20
90%


88
100
88%
Dari data yang ada pada tabel 1 tersebut dapat dijabarkan bahwa Guru Penjasorkes SMP sasaran di Kota Mojokerto sudah melaksanakan proses pembelajaran berbasis kurikulum 2013, namun dalam pelaksanaannya belum semua dapat maksimal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut : SMPN 1 dan SMPN 2  Mojokerto yaitu 95 %, SMPN 3 dan SMPN 4 Mojokerto 80 %, dan SMPN 6 Mojokerto 90 %.
            Kemudian disimpulkan oleh penulis mengenai penelitian yang ia lakuka yakni Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, serta hasil penelitian yang dilakukan di SMP sasaran Kota Mojokerto dapat disimpulkan bahwa: 1. Proses Belajar Mengajar mata pelajaran Penjasorkes di SMP sasaran Kota Mojokerto sudah dilakukan sesuai  kurikulum 2013, meskipun belum sepenuhnya dapat berjalan dengan baik. Serta penulis pun memberikan sebuah saran yaitu terkait hasil survei ini yakni :1.Dari pihak sekolah perlu adanya pelatihan-pelatihan bagi guru Penjasorkes terkait kurikulum 2013, 2. Sekolah sasaran secara bertahap mendorong guru-guru untuk aktif melakukan diskusi dengan guru Penjasorkes dari sekolah lain (MGMP).

ANOTASI JURNAL KEENAM
Dhamayanti, F.I. (2015). Penerapan Modul BerbasisKurikulum 2013 Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Kompetensi Dasar Mengolah Hidangan Pasta Kelas XI Jasa Boga 2 di SMK Negeri 6 Surabaya. E-jurnal Boga, Volume 4, Nomor 3, Oktober 2015, 14-19.
            Artikel kali ini yaitu meneliti mengenai Penerapan Modul BerbasisKurikulum 2013 Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Kompetensi Dasar Mengolah Hidangan Pasta Kelas XI Jasa Boga 2 di SMK Negeri 6 Surabaya yang di dapat hasil penelitian dari penulis sendiri yaitu adanya sebuah tabel-tabel, diagram batang serta diagram lingkaran yang lumayan banyak, sehingga saya disini membuat anotasinya beda dari yang sebelumnya, saya langsung saja mengambil dari bagian keseluruhan hasil penelitian dari artikel ini yaitu langsung ke simpulannya.
            Kesimpulan dari artikel ini ialah Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Penerapan modul mengolah hidangan berbahan pasta berbasis kurikulum 2013 dinyatakan memenuhi kelayakan, bahwa hasil rata-rata skor yang diperoleh untuk seluruh aspek adalah 2,5 dengan kategori baik. layak digunakan sebagai bahan ajar siswa SMKN 6 Surabaya. (2) Aktivitas siswa pada kompetensi dasar mengolah hidangan pasta diperoleh 78,6% dengan kategori Baik. (3) Respon siswa terhadap modul pembelajaran mengolah hidangan pasta dapat diketahui dalam bentuk persentase yaitu 98,8% dengan kriteria respon sangat kuat. (4) Ketuntasan hasil belajar siswa, menunjukkan siswa yang tuntas atau mendapat nilai = 75 (SKM) dengan perolehan nilai rata-rata kelas 75,303. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal adalah 75,3%. Ketuntasan belajar siswa dengan kategori Baik
            Kemudian dalam artikel ini penulis juga memberi saran yakni (1) Pengembangan modul pembelajaran untuk mata pelajaran lain masih perlu dikembangkan dengan lebih baik. Siswa membutuhkan modul untuk dapat belajar secara mandiri dirumah. (2) LKS yang diterapkan pada mata pelajaran Mengolah Hidangan Berbahan Dasar Pasta membantu meningkatkan pengelolaan pembelajaran, dan hasil belajar siswa, oleh sebab itu pada pembelajaran praktek sejenis, peneliti menyarankan untuk menerapkan LKS dalam pembelajaran. (3) Media power point yang digunakan pada pertemuan teori dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa lebih tertarik dengan media power point yang penuh dengan gambar, sekaligus membantu guru dalam proses pembelajaran. (4) Penerapan model pembelajaran pada pembelajaran teori dapat membantu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar secara berkelompok, dan siswa dapat lebih bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan.

ANOTASI JURNAL KETUJUH
Winarko, A. dan A.R. Syam T. (2015). Persepsi Guru Pjok Terhadap Perubahan Kurikulum 2013 ke KTSP Pada Mata Pelajaran Pjok di SMA Negeri Se-Kota Blitar. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Volume 3, Nomor 3, 2015, 771-776.
Artikel ini merupakan penelitian yang dilakuka oleh penulis mengenai Persepsi Guru Pjok Terhadap Perubahan Kurikulum 2013 ke KTSP Pada Mata Pelajaran Pjok di SMA Negeri Se-Kota Blitar. Dari judul tersebut di dapat pembahasan dari hasil penelitian tersebut ialah dari data hasil penelitian dan berdasarkan kolom tanggapan bebas guru PJOK pada angket dapat diketahui bahwa persepsi guru PJOK terhadap perubahan kurikulum 2013 ke KTSP di SMA Se-Kota Blitar ratarata stuju dengan perubahan kurikulum 2013 ke KTSP. Hal Ini menunjukan bahwa guru lebih cenderung ke kurikulum KTSP Karena dianggap lebih sesuai dan lebih aplikatif. Serta Sistem penilaian di kurikulum KTSP Dirasa lebih mudah di pahami oleh guru PJOK Se-Kota Blitar.
            Kemudian dilanjut dengan adanya kesimpulan yang ditulis oleh penulis yakni Dapat diketahui bahwa persepsi guru PJOK terhadap perubahan kurikulum 2013 ke KTSP pada mata pelajaran PJOK di SMA Negeri Se-Kota Blitar mayoritas lebih ke KTSP karena dianggap lebih aplikatif dan sistem penilaian pada KTSP lebih mudah dipahami. Lalu penulis memberikan saran pula yakni Berdasarkan dari keseluruhan data yang diperoleh serta pembahasan pada penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Bagi Guru bisa memahami dan menerapkan kurikulum mana yang lebih efektif  diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga dapat memudahkan seorang guru dalam menyampaikan materi. (2) Bagi sekolah agar lebih bisa menerapkan kurikulum dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tingkat keefektifan dan kebutuhan siswa dalam lingkup sekolah itu sendiri.
ANOTASI JURNAL KEDELAPAN
Megasari, D.S., L. Nurlaela dan Munoto. (2014). Tingkat Kesesuain Kurikulum SMK Tata Kecantikan Rambut Ditinjau dari Kompetensi yang Dibutuhkan Dunia Usaha atau Dunia Industri. Jurnal Pendidikan Vokasi: Teori dan Praktek, Volume 2, Nomor 1, 28 Pebruari 2014.
            Artikel ini merupakan penelitian yang dilakuka oleh penulis dan kawan-kawan mengenai Tingkat Kesesuain Kurikulum SMK Tata Kecantikan Rambut Ditinjau dari Kompetensi yang Dibutuhkan Dunia Usaha atau Dunia Industri yang pada akhirnya didapat suatu hasil dari penelitian penulis beserta kawan-kawannya itu. Namun disini saya akan menuliskan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian
gabungan atau campuran kuantitatif dan kualitatif (mixed methods design). Pendekatan deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian kurikulum bidang rambut pada mata diklat produktif TKR  menurut kebutuhan DU/DI. Data yang disajikan dalam deskriptif kuantitatif ini berupa data angka-angka persentase yang diperoleh dari hasil data angket penelitian yang telah diberikan kepada responden di DU/DI bidang rambut. Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan untuk: 1) Mengetahui kurikulum mata diklat produktif Tata Kecantikan Rambut yang diajarkan di SMK Negeri 3 Malang, SMK Negeri 6 Surabaya dan SMK Negeri 8 Surabaya; 2) Mengetahui tuntutan/permintaan keterampilan yang diinginkan  dunia usaha/dunia industri (DU/DI) terhadap siswa tata kecantikan rambut; 3) Mengetahui tuntutan  pengetahuan siswa tata kecantikan rambut di SMK Negeri 3 Malang, SMK Negeri 6 Surabaya dan SMK Negeri 8 Surabaya terhadap perkembangan teknologi pada dunia tata kecantikan rambut. Kemudian data yang akan disajikan dalam deskriptif kualitatif ini berupa data naratif yang diperoleh dari temuan lapangan dan atau hasil wawancara dengan responden.
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran adalah keseluruhan anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian (Tim, 2000:15). Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah: DU/DI (salon-salon) yang berada di daerah Malang dan Surabaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, kuesioner (angket), dan wawancara. Sedangkan instrumen dalam penelitian ini sebagai alat yang  digunakan  oleh peneliti  dalam mengumpulkan  data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen dalam penelitian ini berupa: (1) lembar validasi instrument penelitian, (2) lembar observasi, (3) lembar angket, (4) panduan wawancara. Dalam penelitian ini data di kategorikan menjadi 2 kelompok data yaitu data primer dan data sekunder.Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti melalui wawancara, pengamatan atau observasi secara langsung kepada responden (informan). Data sekunder berfungsi sebagai data pelengkap dan primer. Data ini berupa buku-buku literatur, dokumen kurikulum mata diklat produktif TKR SMK, data DU/DI, foto-foto, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 sumber data, yaitu sumber data manusia dan sumber data bukan manusia. Analisis data merupakan proses mengatur data secara sitematis, mencari catatan lapangan, transkip wawancara dan bahan-bahan lainnya yang telah diperoleh penelitian untuk menambah pemahaman bagi penelitian sendiri mengenai bahan-bahan tersebut sehingga peneliti dapat menyampaikannya kepada orang lain. Dan analisis data yang digunkan yaitu (1) analisis data validasi ahli, (2) analisis data kuantitatif, (3) analisis data kualitatif. Adapun tanggapan penjabaran analisa data kualitatif adalah mengumpulkan data, reduksi data, display data, trianggulasi data, verifikasi dan simpulan.
            Kemudian didapat sebuah kesimpulan dari hasil penelitian tersebut yang dituliskan oleh penulis yakni Berdasarkan temuan penelitian dan hasil pembahasannya nampak bahwa adanya ketidak sesuaian antara dunia pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan dengan DU/DI di Kota Malang dan Surabaya, hal ini sangat berdampak pada kompetensi lulusan yang diharapkan oleh stake holder pendidikan itu sendiri, Adapun kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Tingkat kesesuaian kurikulum di SMK Negeri 3 Malang, SMK Negeri 6 Surabaya dan SMK Negeri 8 Surabaya menurut kebutuhan DU/DI pada mata diklat produktif tata kecantikan rambut masih tergolong rendah yaitu: a) tingkat kesesuaian kurikulum SMKN 3 Malang dengan kode A adalah sebesar 47,84%. b) tingkat kesesuaian kurikulum SMKN 6 Surabaya dengan kode B adalah sebesar 49,84% dan c) tingkat kesesuaian kurikulum SMKN 8 Surabaya dengan kode C adalah sebesar 52,17%; (2) Tuntutan dunia usaha/dunia industri (DU/DI) terhadap siswa tata kecantikan rambut di SMK Negeri 3 Malang, SMK Negeri 6 Surabaya dan SMK Negeri 8 Surabaya adalah siswa sudah seharusnya menguasai kompetensi yang paling mendasar dari tata kecantikan rambut, di antaranya adalah mencuci rambut, mengeringkan rambut, creambath/ segala perawatan rambut yaitu siswa paling tidak menguasai 14 kompetensi keahlian Tata Kecantikan Rambut dengan baik, dan kebutuhan kompetensi mata diklat produktif tata kecantikan rambut SMK menurut DU/DI bidang rambut di kota Malang dan Surabaya adalah sebagai berikut: a) kompetensi dasar keahlian sebanyak 6 kompetensi; kompetensi keahlian tata kecantikan rambut SMK Negeri 3 Malang sebanyak 14 kompetensi dan kompetensi keahlian tata kecantikan rambut SMK Negeri 6 Surabaya dan SMK Negeri 8 Surabaya sebanyak 24 kompetensi; (3) Implementasi kurikulum mata diklat produktif tata kecantikan rambut yang diajarkan di SMK Negeri 3 Malang, SMK Negeri 6 Surabaya dan SMK Negeri 8 Surabaya.
            Serta saran dari penulis artikel ini ialah Dengan banyaknya masukan dari sekolah maupun dunia usaha/dunia industri terkait penelitian tingkat kesesuian kurikulum SMK Tata Kecantikan Rambut dengan DU/DI di Kota Malang dan Surabaya, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: (1) Bagi sekolah menengah kejuruan di Kota Malang dan Surabaya khususnya program studi tata kecantikan rambut, dalam menyusun kurikulum hendaknya berdasarkan pada kebutuhan yang ada di dunia usaha/dunia industri, sehingga perlu adaanya kerjasama antara pihak SMK dengan DU/DI. Karena berdasarkan hasil penelitian tingkat kesesuaian kurikulum SMK tata kecantikan rambut menurut DU/DI masih tergolong rendah yaitu dibawah 58%. Dengan demikian perlu adanya sinkronisasi antara kurikulum yang ada di dunia pendidikan (sekolah) dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri; (2) respon Bagi dunia usaha atau dunia industri, hendaknya juga turut berperan serta dalam meningkatkan kompetensi siswa di Sekolah menengah kejuruan dengan cara memberikan informasi-informasi terkini tentang kebutuhan kompetensi yang di perlukan DU/DI. Bentuk peran serta DU/DI pada dunia pendidikan  khususnya Sekolah Menengah Kejuruan dapat berupa kerjasama dalam menyusun kurikulum SMK. Sehingga kompetensi yang dibutuhkan di dunia usaha/dunia industri bisa diakomodir oleh sekolah. Hal ini dapat bermanfaat bagi DU/DI dalam menerima calon tenaga kerja tersebut tidak perlu dilatih dari awal kembali karena kebutuhan kompetensi di Salon sudah di berikan di Sekolah; (3) Bagi Sekolah Menengah Kejuruan sebaiknya kompetensi-kompetensi yang di butuhkan dunia usaha atau dunia industri di berikan di kelas 1 dan kelas 2 dimana para siswa ini masih mau berangkat prakerin, sehingga begitu mereka di dunia kerja atau dunia industri mereka tidak tertinggal. Dan bagi pembaca umumnya, bahwa penelitian ini bisa ditindaklanjuti dengan pembahasan lain, karena dalam penelitian ini masih banyak kekurangan seperti DU/DI yang hanya dibatasi pada 35 salon, serta kurikulum yang di bahas hanya pada program produktif dan belum membahas program adaptif dan normatif. Penelitian ini juga bisa dilakukan di daerah lain yang kemungkinan memiliki kasus yang sama, atau penelitian ini bisa ditindaklanjuti dengan konsep/pokok bahasan yang lain; (4) Bagi siswa sebaiknya selalu banyak belajar, latihan dan mau menerima dengan lapang semua pelatihan dari pemilik Salon terkait dengan kompetensi yang belum sesuai dengan tuntutan dunia usaha atau dunia industri yaitu pangkas dan pengeritingan rambut,  cepat tanggap dalam pekerjaan ataupun dalam melayani konsumen.

ANOTASI JURNAL KESEMBILAN
Ichwan, M. (2012). Pengembangan Instrumen Penilaian Portofolio Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP Kelas VII Semester Ganjil. Header halaman genap: Nama Jurnal, Volume 1, Nomor 1, Januari 2012, 0-216.
Artikel ini merupakan artikel penelitian yang ditulis oleh penulis mengenai Pengembangan Instrumen Penilaian Portofolio Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP Kelas VII Semester Ganji. Disini hasil keseluruhan atau kesimpulan dari artikel ini sendiri  yaitu dari pengembangan  instrumen  penilaian  portofolio mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP kelas  VII  semester  ganjil  yang telah  dilaksanakan,  diketahui  bahwa  pengembangan dilaksanakan  melalui  berbagai  tahap  pengembangan model  Fenrich.  Tahap tersebut meliputi  proses  analisis, perencanaan, perancangan,  pengembangan, implementasi, evaluasi dan revisi. Pada  tahap  analisis  dilakukan  penjabaran  dan pemetaan  standar  kompetensi  dan  kompetensi  dasar dalam KTSP menjadi indikator-indikator yang digunakan sebagai  pijakan  awal  dalam  menyusun  instrumen penilaian portofolio. Pada tahap perencanaan dilakukan penjadwalan penelitian sejak sebelum penelitian hingga setelah  penelitian.  Pada  tahap  perancangan  dilakukan telaah  indikator  serta  penentuan  teknik  dan  format penilaian yang merupakan tindak lanjut dari  hasil  tahap analisis  sehingga  menjadi  draf  1  yang  siap  divalidasi. Tahap pengembangan berupa validasi terhadap instrumen penilaian  portofolio  yang  dikembangkan.  Tahap implementasi  dilakukan  dengan  melakukan  uji  coba instrumen  penilaian  portofolio  secara  terbatas  kepada siswa kelas  VII-3 SMPN 3 Sidoarjo untuk mengetahui dampak penggunaan instrumen penilaian portofolio pada siswa dan guru. Berdasarkan  uji  validitas  instrumen  penilaian portofolio yang dilakukan oleh guru dan dosen diketahui bahwa  kualitas  instrumen  penilaian  portofolio  yang dikembangkan  memiliki  nilai  rata-rata  85,71%  atau sangat  memenuhi digunakan  bila  memenuhi  standar pendeskripsian  sesuai  dengan  modifikasi  skala  likert.
Validitas  yang  dilakukan  meliputi  validitas  prediktif, validitas  isi,  validitas  konstruk, dan validitas konkuren. Hasil  validitas  prediktif,  validitas  isi  dan  validitas konstruk menunjukkan nilai 85% atau sangat memenuhi sesuai standar pendeskripsiam skala likert. Hasil validitas tersebut  menunjukkan  bahwa  instrumen  penilaian portofolio  bersifat  multi  sumber,  eksplisit,  autentik, kepemilikan, memiliki beragam tujuan, terintegrasi,  dan dinamis.  Sementara  itu  hasil  validitas  konkuren menunjukkan nilai  90% atau  sangat memenuhi  sesuai standar pendeskripsian skala likert yang berarti instrumen penilaian  portofolio  yang  dikembangkan  konkuren dengan instrumen penilaian sejenis. Hasil uji coba terbatas instrumen penilaian portofolio pada  siswa  kelas  VII-3  SMPN  3  Sidoarjo  diketahui bahwa instrumen penilaian yang dikembangkan memiliki dampak Aktivitas  siswa 42,86% menunjukkan aktivitas sangat  baik sesuai  dengan  modifikasi  skala  likert, aktivitas guru 44,44% menunjukkan aktivitas  baik, nilai siswa tergolong sangat baik dengan nilai rata-rata kelas yang  mencapai  87,20  sesuai  dengan  pendeskripsian modifikasi  skala  likert.  Respon  siswa  49,1%  juga menyatakan  setuju terhadap  isi  angket  implementasi instrumen  portofolio  sesuai  dengan  pendeskripsian modifikasi  skala  likert  dan  respon  guru  66,66% menyatakan  setuju dengan  isi  angket  implementasi instrumen portofolio sesuai standar pendeskripsian likert.
            Lalu penulis sendiri memberikan saran mengenai hasil dari penelitian yang ia lakukan. Dalam artikel ini penulis menuliskan bahwa Hasil  penelitian  diharapkan  dapat  digunakan  guru sebagai alternatif penilaian di sekolah untuk menghargai perkembangan  yang  dialami  peserta  didik, mendokumentasian  proses  pembelajaran  yang berlangsung,  memberi  perhatian  pada  peserta  didik, meningkatkan refleksi diri, dan meningkatkan efektivitas proses pengajaran. Hasil  penelitian  juga  diharapkan  dapat  dijadikan rujukan oleh mahasiswa atau peneliti  lain yang hendak mengaplikasikan  teori  yang  diperoleh  untuk mengembangkan  instrumen  penilaian  portofolio  atau instrumen  penilaian  lainnya  guna  meningkatkan kemampuan  siswa  dalam  mata  pelajaran  Bahasa Indonesia. Pengawas  diharapkan  mengawasi  pengaplikasian instrumen  penilaian  portofolio  yang  dilakukan  guru disekolah  guna  memastikan  guru  telah  menggunakan instrumen penilaian portofolio dengan baik.Pengembang  penilaian  diharapkan  dapat berpartisipasi  secara  aktif  untuk  mengembangkan penilaian  portofolio atau jenis  penilaian  yang lain dan giat  melakukan pelatihan evaluasi  pada para guru agar bisa menggunakan instrumen evaluasi secara tepat.


1 Komentar untuk "ANOTASI BUKU DAN JURNAL"

Sangat bagus sehingga sy mendapat ilmu baru ttg anotasi